BAB
1
PEDAHULUAN
1.1
Teori Umum
1.1.1 Latar Belakang
Keberadaan fungsi humas
pada suatu organisasi atau perusahaan biasanya diketahui dari adanya bagian
atau departemen humas. Di berbagai perusahaan di Indonesia penggunaan istilah public relations adalah sama banyaknya
dengan humas. Pada umumnya, lembaga atau organisasi pemerintah masih
menggunakan istilah humas, sementara perusahaan swasta lebih senang menggunakan
istilah public relations.
Dalam penulisan skripsi
ini penulis menggunakan istilah humas karena penulis melakukan penelitian di
lembaga pemerintahan.
Frank Jefkins (dalam Morissan, 2008:8)
memberikan batasan humas, yaitu “sesuatu yang
merangkum keseluruhan komunikasi yangterencana, baik itu ke dalam maupun ke
luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”.
Menurut Widjaja (2010:53) humas adalah “kegiatan yang
menyangkut baik individu ke dalam maupun keluar dan semua kegiatan
diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing lembaga
atau organisasi”.
Cutlip, Center, et al (2006:6) memberikan batasan humas adalah “fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan
publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut”.
Setelah penulis melihat definisi humas dari beberapa para ahli,
maka penulis menyimpulkan humas adalah suatu fungsi manajemen yang membuat,
merencanakan hingga mengevaluasi seluruh kegiatan yang direncanakan dengan
tujuan untuk membangun hubungan baik antar pegawai dengan manajemen atau
pegawai dengan pegawai.
1.1.2 Tugas dan Fungsi Humas
Tugas Humas
Widjaja (2010:53) berpendapat
tugas humas
yang perlu diperhatikan ada beberapa hal sebagai berikut :
a. Pelaksanaan
tujuan ke dalam dan keluar melalui pendekatan informatif, edukatif, persuasif,
dan dihindarkan pendekatan yang bersifat imperatif dan punitif.
b. Proses
komunikasi lewat kegiatan dilakukan berencana dan terus menerus yang meliputi
keterampilan komunikator, pesan yang disampaikan akurat, obyektif, punya daya
pengaruh yang kuat guna berhasilnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut Abdurrachman (2001:35) tugas seorang praktisi humas untuk
menyelenggarakan komunikasi yang sifatnya persuasif dan informatif. Komunikasi
yang informatif dan persuasif itu dapat dilaksanakan dengan :
a.
Tertulis : menggunakan surat-surat, papers, bulletin, brosur, dll.
b.
Lisan : mengadakan briefing,
rapat-rapat, diskusi, ceramah, dan sebagainya.
c. Counseling : menyediakan beberapa anggota staf yang telah
mendapat latihan atau pendidikan untuk memberikan nasehat-nasehat
kepada para karyawan, turut memecahkan masalah – masalah pribadi mereka, atau mendiskusikannya
bersama-sama.
1. Fungsi
Humas
Menurut Ardianto (2009:181), Humas memililiki fungsi sebagai anggota koalisi
manajemen, perpaduan antara
identitas, citra, dan
reputasi. Berbagai perubahan atau pergeseran nilai diatas tentunya berdampak
pula terhadap peranan dan fungsi humas sebagai jembatan dan komunikator sebuah
organisasi atau perusahaan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara organisasi atau perusahaan dengan
masyarakat.
Canfield
(dalam Widjaja, 2010:54) mengemukakan humas berfungsi :
a.
Mengabdi kepentingan publik.
b.
Memelihara komunikasi yang baik.
c.
Menitikberatkan moral dan tingkah laku
yang baik.
1.1.3 Ruang Lingkup Humas
Menurut Jefkins (2003:80) khalayak (public)
adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi,
baik secara internal maupun eksternal.
Adapun ruang lingkup tugas humas dalam sebuah
organisasi atau lembaga antara lain meliputi aktivitas sebagai berikut :
1. Membina Hubungan Keluar (Publik Eksternal)
Ruslan (2010:23) menjelaskan yang dimaksud publik eksternal adalah
publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang
positif terhadap lembaga yang diwakilinya.
Widjaja (2010:73-74) memberikan pendapat bahwa Hubungan Masyarakat Keluar
(Humas Eksternal) turut menentukan keberhasilan kegiatan hubungan masyarakat
suatu badan atau lembaga.
Berdasarkan macam-macam khalayak ini dikenal
sebagai :
a.
Press
Relations
Mengatur dan memelihara hubungan dengan pers umumnya
dengan mass media seperti pers, radio, film dan televisi yang utama adalah
pers.
b. Government
Relations
Mengatur dan memelihara hubungan dengan pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun daerah. Lembaga atau instansi resmi yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
c.Community Relations
Mengatur dan memelihara hubungan dengan masyarakat
setempat.
d.Supplier Relations
Mengatur dan memelihara hubungan dengan para levaransir (pemborong), kontraktor agar
segala kebutuhan perusahaan dapat diterima secara teratur serta dengan harga
dan syarat-syarat yang wajar.
e.Customer
Relations
Mengatur dan memelihara hubungan dengan para
langganan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi bahwa langgananlah yang
sangat membutuhkan perusahaan, bukan sebaliknya.
1. Membina hubungan ke dalam (publik
internal)
Menurut Ruslan (2010:23) yang dimaksud dengan publik internal adalah
“publik yang menjadi bagian dari unit/badan/perusahaan atau organisasi itu
sendiri”.
Sedangkan menurut Ardianto (2010:124) publik internal adalah “publik yang berada di
dalam perusahaan. Misalnya : para karyawan, satpam, penerima telepon,
supervisor, klerk, manajer, para pemegang saham, dan sebagainya”.
Lebih lanjut Jefkins menjelaskan (2003:82) khalayak internal dalam humas terdiri dari : perusahaan-perusahaan rekanan,
calon pegawai, pegawai yang sudah ada, pihak manajemen, para pegawai baru,
rekanan di luar negeri, pemilik saham, dan serikat pekerja.
Widjaja (2010:71-74) menjelaskan tujuan daripada hubungan masyarakat
ke dalam ialah pada hakikatnya untuk meningkatkan kegairahan bekerja para
karyawan lembaga atau instansi yang bersangkutan. Sebagai garis besar dapat
disimpulkan sebagai berikut, Internal
public meliputi :
a.Employee
Relations
Memelihara
hubungan khusus antara manajemen dengan karyawan dalam kepegawaian secara
formal. Misalnya mengenai penempatan, pemindahan, kenaikan pangkat,
pemberhentian, pensiun dan sebagainya.
b.Human Relations
Memelihara
hubungan khusus antara sesama warga dalam perusahaan secara informal, sebagai
manusia (secara manusiawi). Pergaulan antara manusia, bukan sebagai hubungan
manusia secara formal.
c.Labour Relations
Memelihara
hubungan antara direksi/manajer dengan serikat-serikat buruh dalam perusahaan
serta turut menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Mengadakan
tindakan-tindakan preventif mencegah kesulitan-kesulitan yang timbul, karenanya
turut melancarkan hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak.
d.Stockholder Relations,
Industrial Relations
Sesuai dengan sifat dan kebutuhan perusahaan yaitu mengadakan hubungan
dengan para pemegang saham.
Dengan
uraian di atas, selain memiliki peran dalam menjalankan kegiatan employee relations, humas juga memiliki
peran untuk menjaga hubungan dengan publik luar dan juga dengan publik dalam.
Dalam hal ini yaitu kegiatan employee
relations dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai.
1.1.4 Tujuan
Kegiatan Humas
Dalam
menguraikan tujuan dari kegiatan humas,
perlu dibagi pengertian
humas tersebut
berdasarkan kegiatannya, adapun pembagian kegiatan humas dibagi menjadi dua
kegiatan yaitu kegiatan internalrelations
dan kegiatan external relations.
1.Tujuan kegiatan External Relations
Menurut Danandjaja
(2011:25) menjelaskan tujuan dari public
relations berdasarkan kegiatan external
relations dimaksudkan untuk mendapat dukungan publik. Pengertian dukungan
publik disini adalah:
a.Memperluas langganan atau pemasaran.
b.Memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi atau
gagasan yang berguna bagi publik dalam arti luas.
c.Mencari dan mengembangkan modal.
d.Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat
masyarakat luas, guna mendapatkan opini publik yang positif.
Secara praktis tujuan external relations itu harus dapat
menyelenggarakan komunikasi yang efektif dimana mempunyai sifat informatif dan
persuasif, guna memperoleh dukungan publik ataupun juga mengubah pendapat publik sesuai dengan yang
diinginkan oleh komunikator.
1.Tujuan Kegiatan Internal Relations
Menurut Danandjaja
(2011:22) menjabarkan tujuan humas berdasarkan kegiatan internal relations mencakup beberapa hal yaitu:
a. Mengadakan suatu penilaian terhadap sikap tingkah
laku dan opini publik terhadap perusahaan, terutama sekali ditujukan kepada
kebijakan perusahaan yang sedang dijalankan.
b.Mengadakan suatu analisa dan perbaikan terhadap
kebijakan yang sedang dijalankan, guna mencapai tujuan yang ditetapkan
perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan publik.
c.Memberikan penerangan kepada publik karyawan
mengenai suatu kebijakan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut
kepada berbagai aktifitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai
perkembangan perusahaan tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan
publik karyawan tetap well inform.
d.Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang
efektif bagi penugasan yang bersifat internal
relations dalam perusahaan tersebut.
Danandjaja (2011:24
-25) mengatakan untuk menghindari kesalahfahaman antara pimpinan dan publik
karyawan melalui tujuan dari kegiatan internal
relations ini, maka sebaiknya pihak perusahaan menyelenggarakan kegiatan
darma wisata, olahraga, temu muka, aksi sosial, dimana kegiatan ini bertujuan
untuk memupuk hubungan yang erat antara pimpinan dengan publik karyawan,
sehingga pada tahap selanjutnya dapat diharapkan karyawan itu dapat menjadi
seorang partisipan yang baik dalam mengahadapai tugas yang dibebankan oleh
perusahaan kepadanya dalam situasi kerja.
BAB 2
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Employee Relations
Sebagai Kegiatan Humas
Karyawan atau pekerja merupakan aset yang cukup
penting dalam suatu perusahaan. Nyataya karyawan itu sendiri terkait erat
dengan status atau kedudukan yang saling berbeda antara satu orang dengan yang
lainnya, mempunyai perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok. Misalnya dapat
dilihat pada tingkat kemampuan, pengalaman, pendidikan, pangkat, gaji, usia,
dan lain sebagainya (Ruslan, 2010:274).
Menurut Cutlip (dalam Ruslan, 2010:275)
hubungan masyarakat internal atau hubungan kepegawaian (employee relations) adalah
sekelompok orang-orang yang sedang bekerja di suatu organisasi atau perusahaan
yang jelas baik secara fungsional, organisasi maupun bidang teknis dan jenis
pekerjaan (tugas) yang dihadapinya.
Employee
relations (hubungan kepegawaian) tersebut tidak dilihat dalam pengertian
yang sempit, yaitu sama dengan hubungan industrial yang hanya menekankan pada
unsur-unsur proses “produksi”, dan “upah” yang terkait dengan “lingkungan
kerja”. Pengertiannya lebih dari itu, hubungan tersebut dipengaruhi oleh
hubungan komunikasi internal antarkaryawan dengan karyawan lainnya, atau
hubungan antara karyawan dan manajemen perusahaan yang efektif (Ruslan,
2010:271).
Efektivitas
hubungan masyarakat internaltersebut
memerlukan suatu kombinasi antara lain:
1.
Sistem manajemen yang sifatnya terbuka (Open Management).
2.
Kesadaran pihak manajemen terhadap nilai dan
pentingnya memelihara komunikasi timbal balik dengan para karyawannya.
3.
Kemampuan manajer humas, yang memiliki ketrampilan
manajerial (managerial skill) serta
berpengalaman atau mendapatkan dukungan kualitas “sumber daya” manusia,
pengetahuan (knowledge), media dan
teknis komunikasinya yang dipergunakan (Ruslan, 2010:271-272).
Employee
relations sendiri sebenarnya merupakan bagian dari kegiatan humas internal.
Hubungan antara sesama pegawai pada suatu perusahaan atau sesama anggota sebuah
organisasi lebih fokus pada aspek-aspek manusiawi. Sehingga hal tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan hubungan-hubungan industri. Namun diantara keduanya
terdapat hubungan yang erat mengingat hubungan industri juga sangat dipengaruhi
oleh efektif atau tidaknya komunikasi di kalangan pegawai atau karyawan.
Maksud dan tujuan
kegiatan internal relations yang
dilaksanakan melalui kegiatan employee relations, antara lain sebagai
berikut:
a.
Sebagai sarana komunikasi internal secara timbal
balik yang dipergunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
b.
Untuk menghilangkan kesalahpahaman atau hambatan
dalam komunikasi antara manajemen perusahaan dengan karyawannya.
c.
Sebagai sarana saluran atau alat komunikasi
dalam upaya menjelaskan tentang kebijaksanaan, peraturan dan ketatakerjan dalam
sebuah organisasi atau perusahaan.
d.
Sebagai sarana media komunikasi internal bagi
pihak karyawan untuk menyampaikan keinginan-keinginan atau sumbang saran dan
informasi serta laporan kepada pihak manajemn perusahaan (pimpinan). (Ruslan,
2010:277-278).
Kegiatan employee
relations dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dilaksanakan dalam
bentuk berbagai macam aktivitas dan program, antara lain sebagai berikut:
a.
Program Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan yang
dilaksanakan oleh perusahaan yakni dalam upaya meningkatkan kinerja dan
keterampilan (skill) karyawan dan
kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan dan sebagainya.
b.
Program Motivasi Kerja Berprestasi
Program ini diharapkan dapat
mempertemukan antara motivasi dan prestasi serta disiplin karyawan dengan
harapan-harapan itu keinginan dari pihak perusahaan dalam mencapai
produktivitas yang tinggi.
c.
Program Penghargaan
Dimaksudkan adalah upaya perusahaan
untuk memberikan suatu penghargaan kepada para karyawan, baik yang berprestasi
kerja maupun cukup lama masa pengabdiannya. Dalam hal ini, penghargaan akan
menimbulkan loyalitas terhadap perusahaan.
d.
Program Acara Khusus (Special Events)
Merupakan program khusus yang sengaja
dirancang di luar bidang pekerjaan sehari-hari,misalnya dengan berpiknik
bersama yang dihadiri oleh pimpinan dan semua karyawannya dengan maksud untuk
menumbuhkan rasa keakraban diantara sesama karyawan dan pimpinan.
e.
Program Media Komunikasi Internal
Membentuk program media komunikasi
internal melalui bulletin,news release,
dan majalah perusahaan yang berisikan pesan,informasi dan berita yang berkaitan
dengan kegiatan antar karyawan atau perusahaan dengan pimpinan (Ruslan,
2010:278-279).
Pelaksanaan
program employee relations (hubungan
masyarakat internal) yang tepat dalam suatu organisasi merupakan sarana teknis
atau suatu kegiatan metode komunikasi yang memiliki kekuatan mengelola sumber
daya manusia dan lain sebagainya demi pencapaian tujuan komunikasi. “Komunikasi
kedalam dengan melalui program employee
relationstersebut diharapkan akan menimbulkan hasil yang positif, yaitu
karyawan merasa dihargai dan diperhatikan oleh pihak pimpinan perusahaan”
(Ruslan, 2010:250).
Salah satu faktor
yang memiliki hubungan positif dengan kegiatan employee relations adalah motivasi, seperti yang dikatakan oleh
Ruslan (2010:250-251)
sebagai berikut: “Membina hubungan
yang positif antarkaryawan (employee
relations), dan antara karyawan dengan pimpinan atau sebaliknya, sehingga
akan tumbuh corporate culture (budaya
perusahaan) yang mengacu kepada disiplin dan motivasi kerja, profesionalisme
yang tinggi, serta memiliki sense of
belonging terhadap perusahaan yang baik.
2.2.2 Pengertian Motivasi
Robbins
dan Judge (2007:79) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Selanjutnya,
Samsudin (2005:73) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi
atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force)
dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan
kehidupan.
Mangkunegara
(2005:61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di
perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi
yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja
maksimal”.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka penulis
mendefinisikan motivasi merupakan respon pegawai
terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam
diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki
oleh pegawai tercapai.
2.2.2.1 Teori Motivasi
Banyak teori motivasi
yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang
menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.
Dalam penyusunan
skripsi ini, penulis menggunakan Achievement Theory McClelland. Yang dimana David
McClelland (dalam
Mangkunegara, 2005:60) menjelaskan tentang keinginan
seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi
berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan.
Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki
keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat
target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal
ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai
tantangan.
Penulis menggunakan teori motivasi
berprestasi karena teori ini menjelaskan adanya pengaruh antara motivasi dengan
peningkatan kinerja pegawai. “Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan
ciri-ciri seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi.
Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada
diri seseorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja
keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan
sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya” McClelland (dalam Mangkunegara,
2005:61).
2.2.2.2 Model Pengukuran Motivasi
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan, diantaranya
oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan 6 (enam) karakteristik orang yang
mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu:
1.
Memiliki tingkat tanggung jawab
pribadi yang tinggi.
2.
Berani mengambil dan memikul resiko.
3.
Memiliki tujuan realistik.
4.
Memiliki rencana kerja yang
menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan.
5.
Memanfaatkan umpan balik yang
konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan.
6.
Mencari kesempatan untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Edward Murray (dalam
Mangkunegara, 2005:68-67)
berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan sesuatu dengan
sebaik-baiknya.
2.
Melakukan sesuatu dengan mencapai
kesuksesan.
3.
Menyelesaikan tugas-tugas yang
memerlukan usaha dan keterampilan.
4.
Berkeinginan menjadi orang terkenal
dan menguasai bidang tertentu.
5.
Melakukan hal yang sukar dengan
hasil yang memuaskan.
6.
Mengerjakan sesuatu yang sangat
berarti.
7.
Melakukan sesuatu yang lebih baik
dari orang lain.
1.3
Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi objek
penelitian adalah kegiatan employee
relations pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Tindak Kekerasan Dan
Pekerja Migran (DPSKTK-PM) pada
Kementerian Sosial RI.
No comments:
Post a Comment